Filosofi 4.1
Ada permainan kartu yang menurut aku - actuallly - it teach me one imprtant thing dalam hidup ini: Commited.
Nama permainannya, 4.1.
Konsepnya sederhana. Dari empat karakter kartu remi: Waru, Hati, Keriting, dan Wajik, kita harus mengoleksi sebanyak-banyaknya sampai totalnya 41 atau ya minimal banget mendekati. Kalau dalam satu koleksi ada lebih dari 2 jenis kartu, maka jumlahnya akan dikurangi, atau kalau di sirkelku, kami nyebutnya, "kobong".
Dari permukaan, this game might only seems as, "yaudah koleksi aja" game. Tapi tantangannya sebenernyaada dalam proses bermain itu sendiri. Akan ada banyak situasi yang dihadapkan pada kita. Kadang, dari awal kita udah memutuskan mau mengoleksi 1 karakter, tapi kok ya yang kita cari tidak kunjung datang. Lalu datang karakter lain yang membuat kita merasa, ah this is it. Akhirnya kita beralih keputusan karena mengira ada yang lebih baik datang. Masalahnya gini, sama kaya kehidupan yang penuh dengan Ya Allah, Ya Allah ini, kita ngga pernah benar-benar tau apakah yang datang dalam hidup kita baik atau engga untuk kita kedepannya. Kita cuma bisa berharap semoga, hal yang kita inginkan dan kitsa usahakan repot-repot itu baik. Tapi siapa yang tau? Nyatanya emang kehidupan ini 11-12 sama main 4.1. Kadang itu keputusan yang tepat buat mengubah keputusan lama. Kadang keputusan yang tepat untuk bertahan. Tapi dari pengalamanku selama main 4.1, mostly, keputusan yang tepat adalah untuk komitmen sama keputusan lama. Yang baru datang itu, sering kali cuma ujian. Belum tentu juga baik. Apasih hal terburuk dari keukeuh sama keputusan lama? Yang terburuk palingan cuma tidak mencapai hasil maksimal aja. Nggak kalah total atau bahkan memanen buah dari kelabilan dan ketidak yakinan.
Ada situasi lain di permainan 4.1. Salah satunya, ketika kita belum memutuskan sama sekali soal apa yang harus kita lakuin. Apa yang mau kita koleksi? Lalu kartu-kartu datang menawarkan diri, dari yang jelek dan yang bagus. Kadang, kalau beruntung, kemenangan itu datangnya cepat. Kalau apes - yang biasanya juga disebabkan karena kita terlalu perhitungan dalam membuat keputusan - ya sampai kartunya habis atau sampai ada yang menang, kita akan tetap bingung. Dan nggak jarang, di akhir kita malah kobong. Rugi sendiri, deh.
Sebenarnya masih ada banyak situasi lain di 4.1 ini. Tapi secara general, dari permainan ini aku belajar kalau, memang, kita sering kali kita harus berkomitmen sama keputusan yang udah kita buat. Stop tengok kanan-kiri. Rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Dari 4.1 aku belajar untuk fokus sama apa yang ingin aku usahakan dan berhenti buang-buang waktu untuk mengejar hal-hal yang cuma, "mungkin". Jadikan yang kamu mau dan sedang kamu usahakan itu jadi sesuatu yang pasti dan nyata.
Toh, apasih hal terburuk yang bisa terjadi?
Palingan cuma belum maksimal aja. Dan permainan selalu bisa dimulai ulang. Kocok kartunya, bagikan kartunya, putuskan koleksinya. Gitu kan?
Sebenernya ini adalah tulisan yang udah aku pengen sampaikan dari SMA. Tapi lihat, nyatanya butuh 8 tahun sejak 2017 untuk aku akhirnya bisa menuliskan pemikiran ini ke dalam bentuk tulisan. Memang semua butuh waktu dan proses. Dan aku percaya semua ada timing-nya.