Cerita Pendek #2: Soal keinginan
Sejak siang, perut anak itu berkeruyuk. Berisik karena tak terisi.
Tapi, ia abaikan perasaan itu karena ia tahu, semua orang lapar. Dan kini ia sedang dalam usahanya untuk bisa membeli makan. Jadi, anak itu terus berjalan dengan botol minum plastik kemasannya yang telah dipotong setengah untuk orang-orang memasukkan uang. Begitu tiba di halte, ia melihat beberapa orang dewasa dengan pakaian rapi yang tengah berdiri menunggu datangnya bus. Biasanya, di saat-saat begini ia akan mulai menyanyi asal sambil menyodorkan botol plastiknya. Tapi kali ini ia sedang tidak suasana hati untuk melakukannya. Orang-orang itu juga tampak jelas berusaha mengabaikannya. Ia duduk disamping kakak-kakak, seorang laki-laki muda yang langsung berjengit menjauh sejengkal darinya. Anak itu bisa menduga, pemuda itu pasti takut ketularan baunya atau kotorannya.
Bukan hal baru. Ia sudah biasa. Ia tak peduli.
Lalu perutnya bunyi lagi. Ia mengusap perutnya, menyuruhnya sabar. Nanti kalau sudah dapat lima belas ribu, ia akan segera membeli makan. Lalu cari uang lagi.
Tiba-tiba uang berwarna merah muda menyala masuk ke botol plastiknya. Rupanya kakak-kakak laki-laki di sebelahnya yang memberikannya.
"Bawa saja, buat beli makan. Keluarga di rumah sudah makan?" Tanyanya. Anak itu menatapnya heran. Bukannya kakak ini jijik dengannya?
"Makasih, Bang". Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Ia tak tertarik menjawab pertanyaan lainnya.
"Hari ini hari pertama saya kerja. Saya takut." Kakak itu malah curhat. Biasanya orang-orang akan minta didoakan. Mungkin dia juga akan begitu.
"Takut kenapa?" Anak itu bertanya lagi.
"Takut semuanya. Takut salah. Takut gagal. Takut dipecat. Takut tidak sesuai kemauan atasan. Takut semuanya."
"Aman, Bang. Selama Abang nggak takut hidup, Abang pasti bisa lewatin semuanya." Katanya sambil menggoyang-goyangkan botol plastiknya yang kini ada uang 100.000 rupiah di dalamnya.
"Maksudnya?" Laki-laki muda itu tak mengerti.
"Kalau Abang masih ingin hidup, akan ada jalannya buat hidup. Kaya aku ini. Hari ini aku berangkat hanya dengan keinginan bisa makan. Buat hidup, Bang. Nih, aku dapat 100.000. Kalau Abang ingin, Abang bisa."
Laki-laki muda itu hanya tersenyum.