Sampai Kapan Bunga Itu Akan Hidup?
Seorang anak perempuan berjongkok di tanah, dengan kedua lengannya memeluk kedua lututnya. Kurang lebih, ia sudah berdiam diri tanpa bergerak di posisi itu selama ... entahlah? Mungkin lebih dari dua jam. Orang-orang dewasa di sekitarnya, juga anak-anak yang melewatinya saat akan pergi dan pulang bermain, memandangnya keheranan. Tapi tidak ada yang cukup penasaran hingga tergerak untuk mencari tahu, apa yang sedang anak perempuan itu lakukan.
Namun, ketiadaan seorangpun yang datang untuk mengganggu perhatiannya itulah salah satu hal yang membuat anak perempuan itu terus terdiam di tempatnya, menatap setangkai kecil bunga merah muda pucat yang tumbuh sendirian dari sela-sela retakan batu.
Di sekolah, anak itu diajarkan bahwa tanaman tumbuh dari biji yang ditanam di tanah. Memang, ada beberapa tanaman yang bisa tumbuh melalui media tanam lain, namun tak banyak tanaman yang bisa menembus batu, kan? Saat sedang berjalan-jalan sendirian, anak itu melihatnya dan ia memutuskan untuk memandangi tanaman itu. Tanaman yang tumbuh dari kekerasan, memiliki batang hijau yang lunak dan mudah patah, berkelopak pucat karena tumbuh di tempat yang tak semestinya hingga kurang gizi, dan sendirian. Hembusan angin bisa langsung mencabut kehidupannya. Atau mungkin sapuan kasar tukang sapu jalanan yang tidak memperhatikan keberadaan tanaman kecil itu. Atau mungkin anak-anak bertangan iseng yang hobi merusak lingkungan. Atau bisa juga kendaraan-kendaraan yang tanpa sengaja melindas tanaman yang sendirian itu.
Dan ketika akhirnya tanaman itu patah, apakah akan ada yang menyadarinya? Apakah akan ada yang peduli?
Anak itu mungkin belum menyadarinya. Pikirannya masih terlalu muda dan awam untuk bisa memahami komplesitas ketertarikan alam bawah sadarnya terhadap tumbuhan yang sendirian itu. Mungkin dua puluh-tiga puluh tahun lagi - jika ia masih ingat - ia akan menyadari bahwa refleksi dirinya lah yang membuatnya tertarik untuk memperhatikan tanaman itu. Keingin tahuan alam bawah sadarnya untuk mengetahui masa depannya sendiri.
Jika bunga itu bisa bertahan, maka ia juga. Jika bunga itu entah bagaimana bisa bertahan, maka ia harus belajar bagaimana caranya.
Itulah manusia, memiliki ketertarikan alami pada hal-hal yang menjadi refleksi dirinya, sadar tak sadar.