Jodoh yang Diusahakan
Aku masih ingat. Dulu, waktu kelas 3 SD, aku tanya ke guru ngajiku, aku panggil Bude Noor, soal jodoh.
"Kalau jodoh udah ditentuin Allah, kita ngga usah cari dong?" Karena dulu, bayanganku, nyari jodoh itu harus kaya Adam sama Hawa yang menjelajah dunia sendirian, membelah hutan dan belantara, sampe akhirnya mereka ketemu.
Terus guru SD ku bilang, "Ya nggak bisa. Semua udah ditentuin Allah tapi kita juga harus berusaha. Adam sama Hawa kan juga nggak duduk diem aja, tapi sama-sama bergerak." Betul juga sih. Terus Bude Noor juga nambahin, kalo, "Jodoh kita tuh udah dikasih, disiapkan, dan direncanain, tapi juga bisa hilang kalo kita ngga berusaha nemuinnya." Bisa waktunya jadi lebih lama, bisa jadi ngga ketemu ... ada banyak kemungkinan.
To be honest, konsep jodoh tu konsep yang membingungkan, sih. Kaya, what do you mean, "Itu udah jadi milik kita, tapi belum aja?"
???
Tapi selama 24 tahun di hidupku yang biasa aja ini, aku menyadari kalo, well, kayanya aku mulai paham.
Ketika kita menginginkan sesuatu, sangat ingin, pake hati, untuk alasan yang jelas dan tidak buruk, kayanya emang dunia berkonspirasi untuk membantu kita mendapatkan apa yang kita inginkan itu. Inget ya, yang benar-benar kita inginkan karena itu memang udah ditakdirkan untuk kita. Tapi sekarang pertanyaannya, dimana garis batasan kita membedakan antara keinginan yang benar-benar milik kita sama yang sekedar ingin?
Pusing Part II.
Manusia ini baru hidup 24 tahun, baru baca 80-an buku, jadi aku ngga punya banyak kapasitas buat merasa mampu menyimpulkan. Tapi kalo boleh, mungkin aku akan berasumsi kalo, batasannya ada di ... ketulusannya? Ngga melibatkan nafsu dan ego? Kemarin aku baca soal manusia itu sejatinya ada roh, tubuh fisik, sama nafsu. Roh itu yang bawa 'bekal' dari dunia sebelum kita dilahirkan, tubuh fisik ya badan kita, dan nafsu ya ... nafsu. Katanya tugas manusia nih buat membuka 'tabir' dirinya, kenal sama dirinya, buat tau ini 'bekal' yang dibawa sama roh kita tuh apa sih? Cuma, sering kali nafsu 'duniawi' bikin kita 'salah fokus'.
Jadi, kesimpulannya, adalah, I think, mungkin cara membedakan apakah keinginan itu pure dari apa yang kita mau atau nafsu adalah dengan tanya ke diri sendiri, "kenapa kamu pengen itu?"
Misalnya, dalam hal ini, kerjaan.
Pertanyaannya adalah, "Kenapa aku pengen kerjaan itu?"
"Biar keliatan keren?"
"Gajinya oke?"
"Prestis!"
Itu nafsu.
"Karena aku mau belajar dan berkembang"
"Karena mau memberi dan saling timbal balik"
Itu kayanya purity.
Aku bukan ahli spiritual, sih, tapi meraba-raba terasa sangat menyenangkan.
Tapi yaaaa ... yayaya. Ini cuma hasil berpikir aku aja. Hasil berpikir manusia yang juga masih berproses dalam mencari tau soal dirinya sendiri dan dunia dan berusaha menerima apapun yang berjalan tidak seperti maunya.
Tamat dulu. Yey