Humbled
Belakangan ini aku merasa di-humbled sama, Allah.
Aku, yang merasa sangat strategis dan a good planner ini ternyata pada akhirnya juga tidak bisa melangkahi kuasa Allah. Bukannya aku pernah punya niat untuk melangkahi, ya. Sedikit pun nggak pernah. Tapi aku harus mengakui kalo aku cukup arogan selama beberapa waktu untuk merasa yakin bahwa "yang aku mau" tanpa melibatkan kehendak, izin, restu, dan ridho Allah, tuh, bisa asalkan ya ... aku merasa bisa aja. Secara logika, aku pasti bisa. Aku seyakin dan sepengen itu. Secara kapasitas soft skill maupun hard skill, aku bisa. Pokoknya secara rasional aku pasti bisa. Dan aku pun percaya diri. Tapi untungnya, saat aku lagi di puncak arogansiku, dipuncak keyakinanku kalo aku akan bisa menaklukan gunung, Allah banting keyakinanku itu semudah membalikkan telapak tangan. Tiba-tiba semuanya jungkir balik. Aku, yang sebelumnya merasa mentally 'yakin', bisa dibuat langsung meragukan semuanya, meragukan diriku sendiri, aku merasa duniaku runtuh. Aku yang tadinya merasa penuh kapasitas langsung merasa aku kurang dari -1000.
Jujur aja, ini adalah pengalaman yang menyakitkan. Merasa putus asa itu adalah the worst feeling a man could ever feel. Dan aku, yang tadinya merasa, "AKU BISA!" langsung dibanting dengan pertanyaan, "OH YA?"
Nangis empat hari, lima hari. But at least I learnt.
Lebih baik aku sadar daripada aku masih keukeuh sama arogansiku, yakan?
Lebih baik aku sadar daripada aku terus menyombong?
Aku sedih apa yang aku mau tidak tercapai tapi aku juga kayanya tidak akan bangga dan senang untuk waktu yang lama kalo aku terlanjur hidup dalam kesombongan. Fatal.
Bayangin, seandainya semua yang aku yakini akan terjadi, semua yang ingin aku capai tercapai, aku bakal sombong banget.
Yah, mungkin ini cara Allah ngingetin aku sebelum "kasep". Anggap aja gitu. I'm humbled. Sengganya aku disadarin dengan cara gini doang, bukan, "lebih menyakitkan dari ini".
Kalo aku berdoa, setelah minta sesuatu yang spesifik, aku juga minta Allah buat sadarin aku semisal permintaanku salah dan ngga lurus. Aku minta disadarin dengan cara yang paling tidak menyakitkan dan menyenangkan buat semua orang yang penting buat aku, termasuk diriku sendiri. Walaupun aku minta sesuatu yang spesifik, aku akan tetep terbuka sama opsi apapun yang lebih baik. Soalnya, ya, aku nih siapasih? Aku sama bumi ini aja, aku bagaikan titik kecil aja. Perspektifku terhadap dunia terlalu sempit kalo cuma meminta satu hal yang aku pikir baik dan benar buat aku. Sementara itu, Allah yang nyiptain semuanya, tentu aja Dia lebih tau dari aku. Aku bisa apa kalo Allah menghendaki yang lebih baik buat aku? Dan ya mungkin yang terbaik buat aku bukan yang aku inginkan. Atau mungkin, yang aku inginkan tapi dengan niat yang lebih baik.
Well, apapun outputnya, aku akan terima karena itu udah diseleksi dan dipilihn, yang terbaik dari semua hal yang baik dan buruk, buat aku. Aku cuma berdoa, semoga apapun itu, aku dihindarkan dari segala hal yang menyakitkan, fisik, mental, jiwa, hati, semuanya, dan sebisa mungkin membuat aku belajar dengan cara yang menyenangkan.
That's it.