Realization: Why I Hate (almost) Everything
Mungkin akan ada yang menganggap tulisan ini adalah cara aku menghindar dari mengakui kesalahan, karena tulisan ini akan bernada "menyalahkan eksternal".
Tapi aku emnag ngga bisa menemukan alasan lain why i hate almost everything and feeling numb in almost everything dan everytime. Semua hal terjadi bagaikan sebuah kereta lewat. Lewat aja. I didn't even notice it's name or it's colors. Secepat itu dan seberlalu itu.
So, belakangan ini aku menyadari kalau i feel nothing in almost everything. Seolah-olah apapun itu ngga membuat aku terkesan. Ngga attach sama sekali sama aku. Seolah apapun itu ngga memengaruhi aku (kecuali big event - subjectively). Di satu sisi, aku kelihatan ngga banyak pikiran, di sisi lain, aku merasa terdisosiasi. Im not feeling like im here. Merasa bagaikan layang-layang putus, terbang kebawa angin.
Lalu aku mendapatkan kesadaran ini: Bahwa yang aku rasakan itu dikarenakan aku memang ngga mau attach sama apapun itu. Aku ngga mau terpengaruh.
Dulu aku suka banget main manik-manik. Bikin gelang, kalung, terus dijual. Bisnis yang berlangsung cukup lama dari kelas 4SD sampe SMP dan aku cukup menguasai pasar dagang di SDku waktu itu. But later, it's stopped. Bukan karena aku bosen, tapi karena aku diancem. Lain waktu aku suka bikin rumah-rumahan dari kardus susu bekas. Setiap pulang sekolah kerjaannya nyari kardus susu di warung atau di gudang, buat bikin rumah-rumahan. Later, itu berhenti juga karena, again, diancam. Aku hobi melukis juga. Aku ngga bisa melukis, tapi aku suka mewarnai. Put colors, mix them up, coret-coret, bermain-main seolah-olah aku Salvadorr Dali ... Terus di suatu hari semua hal yang aku suka itu dibanting, dirusakin, dihancurin. So what's left on me adalah pemahaman bahwa, kalau ada hal yang aku suka, aku enjoy, aku nikmatin, they will ruin it.
The authority figures are going to menjadikan hal-hal itu sebagai bahan untuk mengancam aku.
Aku mengakui kalo sebagian ancaman ada juga yang berkaitan sama nilai. Kaya, "Kamu terlalu asik mainan aiueo, kamu jadi nggak belajar, nannaa" aku bisa paham sama yang kaya gitu. Tapi aku juga inget kalau beberapa - sebagian besar - hal lainnya sesepele, "Beliin mi!" (padahal itu jam 9 malem dan aku disuruh jalan) "Kalau nggak kamu nggak tak bolehin ... lagi"
Turning pointku adalah saat lihat minyak cat ku pecah dan aku nangis sambil berusaha bersihin licinnya dari lantai. Maries. Mahal. Udahlah bukan aku yang banting, aku juga yang disalahin. "Gara-gara kamu nggak nurut, sia-sia kita beliin minyak cat mahal kaya gitu"
...
Kan kalian yang banting?
Sejak itu aku stop melakukan hal-hal yang aku suka. Aku juga belajar untuk meredam dan menutupi hal-hal yang aku suka. Aku belajar kalo, aku suka sesuatu, itu adalah hal yang salah. Bukannya aku sama sekali ngga suka ya selama ini, ada beberapa hal yang aku suka tapi mostly it's in the extreme way, gitu loh. Karena kalo ngga extreme, it doesn't worth the risk: diancem. Kalo aku ngga sesuka itu, aku ngga akan fight for it. Aku cuma akan let it go, let them win.
Proses awareness ini baru muncul di 2023. Just think about it! Aku mengalami itu mungkin di kelas 5SD atau 6SD, anggaplah sekitar tahun 2012 atau 2013, terus aku baru sadar di 2023. It took me 10 years untuk mulai sadar. Dan the process itself took times too. Sampe sekaranga ku masih diproses membangun self awareness. Aku belum fix sama kesadaranku. Tapi aku bisa bayangin, kalau untuk sadarnya aja aku butuh 10 tahun, aku akan membutuhkan lebih banyak (mungkin) tahun untuk memprosesnya, yakan? Bisa aja jadi life long journey. But i think that's lives for.
Waktu itu, maghrib-maghrib di pantai di Semarang. Bukan pantai yang cantik. Sangat b aja. Sama Rina. Rina tiba-tiba ngajak aku melukis. Di situ aku inget, i used to did painting too. Tapi udah berenti lama. Terakhir kali waktu kelas 8, itupun aku lakukan dengan diam-diam. Hehehe
Kayanya di situ aku baru mulai menyadari kalo selama ini aku menghindari "kesenangan-kesenangan" itu karena aku belajar, kalau ada sesuatu yang aku suka, aku enjoy, aku sayang, orang bisa make itu sebagai alat buat ngendaliin aku. Orang yang tau aku akan do anything and everything for it.
Cruel, right?