Day 7: Favorite Movie [30 days writing challange]


Film favoritku adalah Titanic. Im literally attached with the tragedy. Membahas film favoritku artinya satu paket dengan membicarakan tragedi yang melatarbelakangi terciptanya mahakarya itu.

Tapi, please jangan berasumsi kalo aku menggilai Titanic karena Jack sama Rose karnea, hell, NO!

Aku mencintai Titanic karena itu adalah tragedi yang sangat memilukan hati. Sangat mengerikan hingga tak terbayang. Kematian di depan mata tapi kamu nggak bisa kemana-mana? Sangat horor. Harus menghadapi teror kegelapan, keputus asaan, ketidak berdayaan sekaligus? Apa yang lebih serem dari itu?

Kamu punya waktu, tapi nggak ada yang bisa kamu lakukan dengan waktu yang kamu punya itu. Jadi apa artinya waktu kalau tidak bisa dimanfaatkan?

Kematianmu di depan mata tapi kamu hanya bisa menunggu, sambil tahu kalau kematianmu di depan mata.

Orang-orang terkasihmu ada di sekitarmu, tapi ngga ada apapun yang bisa kamu lakukan untuk mereka.

Buat aku, Titanic adalah potret altruisme yang paling nyata.

Kematian di depan mata karena ada pembunuh yang ngejar-ngejar kamu itu biasa, tapi pernah ngga kamu dipaksa untuk harus berdamai sama kematian, kaya apa yang dialamin sama passangernya Titanic?

Soal film Titanic, banyak orang yang terlalu fokus sama Jack dan Rose, kisah romansa mereka yang terlarang, dan soal harusnya Jack bisa naik ke papan kayu. Padahal harusnya kalian itu sadar kalo karakter Jack sama Rose itu ada sebagai pembawa alur. Aku pernah nonton A Night To Remember yang isinya sama persis kaya Titanic (1997), tapi no drama no attachment memang bener. A Night To Remember menceritakan kejadian di Titanic dengan sama persis dengan Titanic (1997), bedanya Titanic 1997 memilih untuk menceritakan apa yang terjadi di Titanic dari sudut pandang Rose DeWitt, seorang cewe berpikiran maju dari kelas 1 yang jatuh cinta sama Jack, seorang pelukis freelance dari kelas 3. Kalo Rose bukan penumpang kelas 1 dan Jack bukan penumpang kelas 3, kita ngga akan mendapatkan gambaran jomplangnya perbedaan kehidupan dari kedua kelas itu. Kita ngga akan tau kalo penumpang kelas 3 litereli di kurung di dek bawah padahal kapal mulai tenggelam, sementara itu penumpang kelas 1 lagi mengantri sambil minum teh dan mendengarkan lagu di dek teratas, mengira mereka dipaksa latihan naik sekoci, tanpa berpikir kalau ada ribuan nyawa yang menunggu mereka untuk buruan untuk dapat gantian naik ke sekoci. Kita ngga akan tahu betapa bisa seegois apa manusia sekaligus sealtruis apa manusia disaat terdesak. Bener-bener BOOM, buat aku. 

Titanic itu berhasil menggambarkan kompleksitas manusia sebagai manusia dengan sangat amat baik. Si jahat, si baik, si kaya bisa baik, si kaya bisa jahat, si miskin bisa jahat, si miskin bisa baik. Nggak semua orang yang terdesak mengorbankan orang lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Potret keputusasaan yang justru menyelamatkan si orang itu sendiri. Orang yang udah punya pengalaman puluhan tahun bisa bingung dan menyerah. Situasi dengan tekanan tinggi.

Jujur aku masih suka bingung kok bisa ya officer dan teknisi nya Titanic ngga kabur duluan. Mereka yang tahu kapal bakal tenggelam pertama kali. Di mata aku mereka bukan manusia biasa karena kok bisa ya mereka ngga kabur duluan? Mungkin ini pertanyaan yang bisa dijawab dengan, "Ya karena itu tugas mereka". Hai manusia, di situasi hidup dan mati emang aturan "Ya itu tugas mereka" masih berlaku ya? Karena di mataku, situasi hidup mati itu mirip kaya situasi neraka-surga di Padang Mahsyar nanti. Bener-bener nggak bisa masuk di otakku ada orang yang mau mengorbankan diri untuk orang lain. 

Jadi apakah aku membenarkan mereka yang melepas tanggung jawab gitu aja di situasi yang sama? Hm, nggak. Tapi itu bisa dimengerti. Dulu aku termasuk tim penghujat Bruce Ismay, tapi siapa sih yang punya hak untuk menghakimi seorang manusia yang ingin mempertahankan hidupnya? Lebih menyedihkannya lagi, dia dihukum selama sisa hidupnya. Keluarganya dikucilkan, ditinggal istrinya, dan dia juga menyumbangkan seluruh hartanya untuk kepentingan Perang Dunia yang terjadi ngga lama setelah tragedi Titanic. Seorang laki-laki yang ingin hidup, harus membayar mahal untuk kehidupan yang dia dapatkan. Ironi. Dan anyway, itu dia alami cuma karena dia laki-laki dan ingin hidup.


Postingan populer dari blog ini

My Twilight Girlie Era Is Back!

Synesthesia Experience : Grapheme Synesthesia

the best micellar water so far!