Day 1: Describe Your Personality [Self Discovery: 30 days writing challange]
Aku bingung sih sejujurnya kalau ditanya soal personality karena kepribadian itukan kompleks ya.
Aku punya kepercayaan diri yang terlihat tinggi di luar, tapi kalau jujur sebenernya itu lebih ke i try to cover up my flaws dan itu adalah salah satu cara aku to deal with it. Cara aku menerima kalau, "oke, aku punya kekurangan, but thats okay, aku manusia, its fine, look fine."
Kalau orang-orang menyadari juga mungkin aku terlihat punya harga diri yang tinggi, keras, tegas, while actually di satu sisi aku menganggap itu sebagai defense mechanism-ku, dimana aku cuma berusaha untuk melindungi diriku dari memberi kesempatan ke orang-orang yang salah untuk memperlakukan aku dengan salah pula. Kadang mungkin aku akan memberikan kesan kasar, rude, evil, cruel, aku sadar it might hurt someone, tapi pembenaranku adalah, aku cuma berusaha melindungi diriku sendiri.
Sejujurnya aku merasa sangat tidak aman, aku merasa fragile, aku merasa kaya aku berdiri di atas lapisan tipis es all the time, sedikit perubahan bisa bikin es itu pecah, dan bikin aku tenggelam lalu mati karena kehabisan napas atau hipotermia.
Aku sadar its not good untuk mencari pembenaran untuk hal-hal yang salah, tapi ini termasuk salah satu flaws ku, mungkin, aku lebih memilih jadi pelaku daripada jadi korban. Tapi a note to remember, aku selalu berusaha untuk tidak menjadi pelaku.
Aku sadar akan kapasitasku untuk menjadi orang jahat dan salah tapi aku akan selalu berusaha untuk menjadi benar, seengganya dalam sudut pandang subjektifku. Aku pasti berusaha untuk menjadi benar secara objektif, tapi aku tetep manusia biasa yang punya subjektivitas, dan kalian pun sama. Yang orang lain anggap benar dan baik buat aku, belum tentu benar-benar baik dan benar buat aku.
Aku punya kesabaran setipis tisu, malah sebenernya lebih tipis. Batasanku sangat tinggi dan tebal, again, aku akan bilang itu boundaries aku untuk melindungi diriku sendiri yang aku anggap fragile ini. Satu kesalahan yang ga bisa ditoleransi, konsekuensinya adalah cut off. AKu sangat berbakat dalam hal meng-cut off orang lain. Aku ngga peduli if it will harm you, selama yang aku yakini, it will harm me more if i stay, i'll cut you first.
Tbh aku ngga peduli kalau aku dilabel as the villain, karena, yes i am, kaya yang aku bilang, aku lebih memilih jadi pelaku daripada dari korban. Ngga ada untungnya jadi korban. Bawang Putih? Cinderella? Leung Li? Contoh-contoh "korban" yang happy ending. Itukan dongeng, bahagianya mereka juga cuma sampai di mereka ketemu pangeran-nikah-bahagia selamanya. Dongeng, cerita singkat, secuplik kehidupan karakter fiksi. Kalo di realita, cuma Rasul Ulul Azmi yang bisa melalui cobaan segitu beratnya. Dan aku bukan Rasul. Walaupun kita harusnya meneladani Rasul, tapi aku bukan Rasul.
Aku nggak pemaaf. Maafku cuma aku kasih kalau kamu berhasil membuktikan kamu udah berubah, bukan bilang akan berubah.
Aku menganggap diriku sebagai manusia yang driven by trauma. Survival mode. Aku nggak merasa menjalani hidup untuk dinikmati, tapi dilalui.
Aku tipe orang yang tidak terlalu suka perubahan, actually. Kalo aku udah nyaman sama satu hal, apapun itu, sebisa mungkin aku mempertahankan karena aku terlalu malas untuk cari-cari yang baru. Mencari yang lebih baik isnt my thing. Pake yang ada, kembangkan. That's me. Pemberdayaan, bukan mengganti.
I love planning. Aku sangat menikmati proses berpikir, menyusun strategi, memperkirakan, memprediksi, dan lain-lain. Hampir segala hal dalam hidupku aku susun tata urutannya, bahkan sesepele pekerjaan rumah pun aku buat susunan to do list-nya. Itu otomatis aja, bukan yang terencana. Kaya otomatis otakku bekerja untuk menyusun rencana.
I love me time a lot, sampe di tahap me time sama pentingnya sama bernapas. Sounds hiperbola tapi beneran, Aku jenis manusia yang sangat bisa menikmati kesendirianan, tanpa merasa kesepian. Bukannya ngga pernah merasa kesepian, tapi maybe its more like ... im used to it. Aku terbiasa sendirian sampai akhirnya aku sudah beradaptasi dengan kesendirianan itu dan menciptakan ruang menyendiri yang jatuhnya sekarang jadi "ruang nyaman" ku.
Tipe cowoku adalah yang nggak tukang maksa, ngga tukang bohong, ngga abusive, ngga kaya papaku, bertanggung jawab, omongannya bisa dipegang, apalagi ya ... oh, tidak mengikuti standar kebanyakan orang. Hidupnya udah lepas dari standar-standar itu dan mengikuti standar hidupnya sendiri. Karena aku juga merasa sebagai orang yang udah lepas dari pengaruh standar-standar umum itu. Menurut masyarakat harusnya A, well bodo amat, aku maunya B, gimana? Selama nggak ngrugiin siapapun, bukannya nggak papa?
Lagi, personality ku sangat dipengaruhi oleh buku yang aku baca. Atau tontonan yang lagi aku sukain. Aku suka terlalu menghayati karakter sampai di fase i adapt into the character. Waktu aku suka Annabeth Chase, aku jadi suka sarkasme. Waktu aku suka Hermione, aku jadi suka baca dan pengen tahu semua hal, waktu aku suka Evangeline Fox, aku jadi suka bunga-bunga dan hal-hal aesthetic. Aku mengambil hal-hal yang valuable dari karakter yang aku suka dan menjadikan itu personalityku. Jangan lupa, yang paling berpengaruh dalam kegigihanku so far, adalah Jang Geum.
Itu aja kali ya?
