Fight, Flight, Freeze. Freeze

Jujur, sekarang aku lagi di tempat di mana aku tidak merasa sedih. Dan kebanyakan aku merasa sedih waktu di rumah sih. Dan di saat aku merasa sedih itulah ada banyak hal yang bermunculan, minta dibahas di blog. Sayangnya, saat merasa sedih yang aku bisa lakuin cuma internalizing it. Menginternalisasikan perasaan sedih itu dan mikirin apa yang mau aku lakuin untuk menghadapi emosi-emosi busuk yang menyebalkan itu. 

Kalo aku terlalu sedih, bahkan aku ngga ada energi buat ngetik. Di blog. Kalau di twitter sih mudah. 
Cuma bisa baring, meratap, bener-bener low energy
Buat bangkit aja aku ngga mampu, apalagi mengumpulkan kesabaran untuk buka laptop - ketik password - buka blog(?)

Ngga ada energi semacam itu.

Di sini aku mengenali aku adalah tipe manusia yang berkubang dalam kesedihan. Di satu sisi, di sini aku melihat kalo mungkin ini yang dinamain situasi flight.

In addition to fight or flight, there is also a response called "freeze" or "immobility," which involves various physiological changes. In this condition, we tend to be still while thinking about the next strategy
2
.
 The decision to fight, flight, or freeze is automatic and depends on the situation
6
.

- Referensi: Perplexity hehehe


Tapi kalo dari referensi itu, mungkin aku lebih ke freeze response, since di situ aku cuma bisa berendam dalam kubangan lumpur kesedihan sambil mikir, "gimana ya cara aku bisa menyelamatkan diri supaya ngga terus-terusan dipaksa menghadapi keadaan dan situasi macam ini?"

Oke. Setelah aku cari tau lebih lanjut, aku lebih ke freeze. Jelas aku tidak bisa fight ya karena kalo aku ngelawan aku bakal makin dihantam. 

Jadi responseku dalam menghadapi stres adalah diam, nge-freeze dan tidak berkutik. Tapi terus terang aku emang selalu gitu sih. Diem, tapi di dalem kepala aku bikin plan diem-diem. Cara untuk menyelamatkan diri sendiri.


Postingan populer dari blog ini

My Twilight Girlie Era Is Back!

Synesthesia Experience : Grapheme Synesthesia

the best micellar water so far!