Mengintip Sedikit Skripsiku, Bab V: Refleksi Peneliti (Peneliti's POV)

(nanti tunggu Uji Turnitin dulu)

-------------------- 3 Sept 2023

Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan adanya rasa penasaran, heran, sekaligus kekaguman dalam diri peneliti terhadap pekerjaan pemadam kebakaran. Peneliti memandang pekerjaan pemadam kebakaran sebagai pekerjaan yangberbahaya dan menakutkan karena memiliki resiko kerja yang tinggi. Selain itu, sejauh yang peneliti ketahui pemadam kebakaran di Indonesia dan beberapa negara lain tidak mendapatkan upah yang sepadan dengan pekerjaannya yang memiliki tuntutan kerja serta resiko kerja yang tinggi. Persepsi peneliti terhadap pekerjaan pemadam kebakaran tersebut timbul dikarenakan saat peneliti belum bersekolah peneliti memiliki kebiasaan mendengarkan cerita sebelum tidur bersama ibu. Pada suatu malam, karena kehabisan cerita pengantar tidur, akhirnya ibu peneliti bercerita mengenai drama yang baru selesai beliau tonton. Drama tersebut berkisah tentang kehidupan anak seorang pemadam kebakaran setelah Ayahnya meninggal saat bekerja. Peneliti masih ingat mimik wajah dan kalimat yang ibu peneliti ucapkan pada saat itu, "Kasian ya pemadam kebakaran. Kerjanya mereka tu taruhannya nyawa lho. Tapi gajinya kecil. Liat aja tu, rumahnya si (tokoh yang peneliti tidak ingat namanya) kumuh banget. Kasian udah nggak punya ibu, bapaknya meninggal juga. Harusnya pemadam kebakaran tu gajinya dipas-in sama kerjaannya. Soalnya taruhannya nyawa. Kan kasian keluarganya kalo yang cari uang meninggal. Ya to?" Peneliti tidak pernah benar-benar memikirkan ucapan ibu peneliti dengan mendalamnamun jelas ucapan tersebut cukup membekas dalam benak peneliti. Ingatan tersebut menjadi sekedar ingatan dan informasi singkat yang membentuk persepsi peneliti terhadap pekerjaan pemadam kebakaran. Namun pada saat peneliti mencari topik untuk penelitian skripsi dengan melakukan observasi di lingkungan sekitar peneliti, sebuah mobil pemadam kebakaran lewat di daerah tempat tinggal peneliti di Semarang. Pada saat itu, peneliti hanya mencatat hal tersebut di dalam buku catatan peneliti tanpa benar-benar memikirkan untuk menjadikannya topik penelitian. Malam harinya, peneliti menonton salah satu serial mengenai tragedi Chernobyl dimana korban utama dari peristiwa tersebut adalah petugas pemadam kebakaran yang terkena radiasi nuklir saat bekerja memadamkan kebakaran reaktor nuklir tersebut. Intuisi peneliti menganggap hal-hal tersebut sebagai petunjuk untuk melakukan penelitian mengenai pemadam kebakaran. Hal tersebut juga menimbulkan banyak pertanyaan dalam diri peneliti, mulai dari latar belakang seseorang menjadi pemadam kebakaran, motivasinya selama bekerja, pengalamannya selama bekerja, dan bagaimana seluruh dinamika pekerjaannya mempengaruhi dan membentuknya sebagai seorang individu.

Dengan keyakinan peneliti bahwa setiap individu memiliki perspektifnya sendiri dalam memandang segala hal, khususnya pengalaman hidup pribadinya, serta keyakinan peneliti mengenai pendapat Gordon Allport mengenai individual differences, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian  mengenai pengalaman seorang individu yang bekerja sebagai pemadam kebakaran menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis interpretatif.

Dalam prosesnya, awalnya peneliti masih kurang berpengalaman dalam banyak hal. Di awal memulai penelitian, peneliti merasa yakin dan mantap dengan pemahaman peneliti dengan metode penelitian yang akan peneliti gunakan. Namun seiring berjalannya penelitian, peneliti sempat merasa ragu dengan pemahaman peneliti. Bahkan peneliti mulai mempertanyakan pada diri sendiri, mengenai "Apa itu Makna?"

Dalam kebingungan peneliti saat mulai melakukan penelitian, khususnya pada saat proses pengambilan data, peneliti mendapat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing peneliti yang memberi peneliti banyak insight  dan masukan yang kemudian membuat peneliti yakin kembali. Di sisi lain, peneliti juga mendapat dukungan dari teman-teman peneliti, baik teman dekat maupun teman-teman seperjuangan yang juga menggunakan metode kualitatif fenomenologis interpretatif dalam penelitian skripsinya. Dari satu hal tersebut, peneliti merasa senang dan bersyukur, "Berkat kesulitan dan kebingungan dalam mengerjakan skripsi ini, aku mendapat teman-teman baru dan aku menyadari banyak orang yang peduli – dan saling peduli dengan kesulitan kami satu sama lain".

Hal positif lain banyak peneliti dapatkan ketika sedang dalam proses pengambilan data. Mulai dari proses penggalian informasi untuk studi pendahuluan, proses penemuan partisipan, hingga proses wawancara itu sendiri. Tempat penelitian peneliti berlokasi cukup jauh dari area tinggal peneliti di Semarang, yaitu berjarak sekitar 11km, terlebih peneliti tidak memiliki kendaraan pribadi sehingga peneliti memanfaatkan kendaraan umum, yaitu BRT Transemarang.  Panas, keringat, berdesakan di dalam BRT, berkejar-kejaran dengan waktu tiba BRT di halte, menjadi bagian dari dinamika penelitian ini bagi peneliti. Sempat peneliti bertanya pada diri sendiri, "Makna itu apa?" Namun peneliti tidak mendapatkan jawabannya. Lalu peneliti bertanya lagi pada diri sendiri, "Apa makna berdiri di dalam BRT  ini buat aku saat ini?" peneliti masih bingung. Kemudian peneliti kembali bertanya pada diri sendiri, "Gimana perasaanku dengan semua ini (panas-panasan, berdesakan di dalam BRT, terhimpit tas ibu-ibu, mencium aroma kecut keringat, kegerahan, takut pulang kesorean dan tertinggal bus berikutnya)?" dan peneliti mendapatkan jawabannya. "Memang capek, memang lelah, tapi kalau bukan karena skripsi ini, aku nggak akan mengalami ini semua. Peneliti menyadari bahwa, bagi peneliti sendiri, pengalaman peneliti dalam proses pengambilan data merupakan pengalaman yang sangat bermakna. Bermakna bagi peneliti karena bagi peneliti pengalaman ini berharga, meskipun mungkin bagi orang lain peneliti terlihat perlu dikasihani. Tidak jarang peneliti tertidur sambil berdiri di BRT karena semua tempat duduk penuh. Rasa pegal setibanya di kos-kosan, rasa lapar, rasa gerah karena kepanasan, bagi peneliti menjadi warna tersendiri. Meskipun semua hal tadi agak terdengar seperti penderitaan, namun peneliti sendiri menganggap semua perasaan baik fisik maupun emosi yang peneliti rasakan sebagai bagian dari warna penelitian peneliti. Dari sini, cara peneliti memahami pengalaman partisipan semakin menguat. Terlebih ketika mendapat doa dan ucapan semangat dari ibu-ibu yang peneliti temui di BRT, yang menatap kasihan pada peneliti yang ketiduran di BRT.  Orang lain bisa merasa kasihan melihat peneliti kelelahan, namun peneliti sendiri merasa senang walaupun kelelahan.

Dalam proses pengambilan data sendiri, peneliti sempat merasa gugup dan takut. Hal ini dikarenakan lingkungan tempat penelitian yang asing bagi peneliti. Saat peneliti merasa cemas dan takut, peneliti mendapat dukungan dari pedagang batagor yang berjualan di sekitar Dinas Pemadam Kebakaran yang membuat peneliti terharu. Berkat dorongan dan dukungannya, peneliti memberanikan diri untuk masuk dan memulai penelitian.

Bentuk dukungan lain selama proses pengambilan data juga peneliti dapatkan dari pasrtisipan penelitian dan rekan-rekan kerjanya yang mencairkan suasana dengan bercanda. Hal tersebut membuat peneliti merasa nyaman dan menjadi lebih berani.

Dari berbagai bentuk dukungan yang peneliti dapatkan selama proses pengambilan data tersebut, peneliti merasa senang dan bersyukur karena setidaknya peneliti mau mencoba. Dengan mencoba, peneliti tidak hanya mendapatkan data penelitian, tapi juga cerita, hiburan, dan pengalaman yang berkesan. Dengan pengalaman ini peneliti menyadari bahwa seringkali yang kita cemaskan atau takutkan hanyalah sebuah kecemasan dan ketakutan yang kita bentuk sendiri di dalam pikiran kita. Kita tidak akan pernah tau bahwa kita bisa mengatasinya sampai ketika ketakutan itu berdiri di depan kita dan kita dipaksa untuk menghadapinya. Dan ternyata, setelah menghadapinya, ketakutan itu tidak seburuk itu. Selalu ada hal-hal positif dalam setiap kejadian – atau apapun.

Sama seperti bagaimana ketiga partisipan penelitian ini mengatasi segala hambatan dan emosi negatif yang mereka alami, bagaimana mereka menyikapi dinamika suka-duka pekerjaan mereka. Duka pasti ada. Begitupun suka. Keputusan kita adalah untuk menentukan bagaimana kita menyikapi duka dan suka yang kita alami.

Postingan populer dari blog ini

My Twilight Girlie Era Is Back!

Synesthesia Experience : Grapheme Synesthesia

the best micellar water so far!